Modul 3 Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh Topik 1 Merdeka Mengajar
Modul 3
Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh
Kodrat Murid
Kodrat Keadaan
Salam dan Bahagia
Ibu dan Bapak Guru Hebat
Selamat datang di modul mendampingi murid dengan utuh dan menyeluruh. Modul ini terdiri dari beberapa materi. Kali ini kita akan mengulas materi kodrat keadaan agar kita dapat memahami kodrat keadaan pendidikan yang sesuai dengan zaman berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Kodrat keadaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dasar pendidikan murid. Kodrat keadaan terdiri dari dua hal yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.
Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa "segala perubahan yang terjadi pada murid dihubungkan dengan kodrat keadaan baik alam maupun zaman". Lalu bagaimana cara kita menghubungkan dasar pendidikan murid dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana mereka berada. Murid dengan kodrat alam perkotaan sejatinya dilihat sebagai bagian dari masyarakat perkotaan, maka pembelajaran yang diterima murid sebaiknya mampu membantu mendekatkannya dengan konteks atau kodrat alamnya bukan sebaliknya malah menjauhkannya.
Tidak jarang kita menjumpai guru membantu memberikan ilmu dan wawasan di luar konteks di mana murid tinggal dan hidup, misalnya mayoritas murid adalah anak petani karet diberikan wawasan dan informasi bagaimana menjaga kelestarian dan ekosistem laut. Sebenarnya tidak apa-apa mungkin saja murid akan mendapat informasi dan cara bagaimana menjaga kelestarian laut, apakah cara dan informasi itu sesuai dengan kodrat alam murid? Oleh sebab itu karena guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar murid maka guru dapat membantu murid dengan memberikan pembelajaran kontekstual.
Guru berperan sebagai penghubung murid dengan sumber-sumber belajar yang ada di sekitar murid atau di sekolah maupun dengan sumber-sumber belajar digital yang mengaitkan setiap materi dengan konteks di mana murid hidup misalnya materi menjaga kelestarian alam dikontekskan dengan merawat pohon karet agar produksi getahnya semakin baik dan berkualitas dengan membersihkan gulma atau tanaman pengganggu pohon karet. Pembelajaran kontekstual dan peran guru sebagai penghubung sangat dibutuhkan murid karena itu akan membantu mereka menguatkan kekuatan-kekuatan kodratnya.
Sementara kodrat zaman adalah bagian dasar pendidikan murid yang berhubungan dengan isi dan irama. Isi dan irama pendidikan bergerak dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Muatan pendidikan dan cara belajar di kala kita sebagai murid pasti berbeda dengan zaman saat ini. Pendidikan setelah masa kemerdekaan tentu juga berbeda dengan pendidikan pada abad ke-21, maka kita pendidik bergegas beradaptasi terhadap kode zaman untuk membantu murid mencapai selamat dan bahagia.
Perubahan zaman merupakan keniscayaan yang tidak mungkin dihindari dan dicegah. Perubahan zaman pun akan datang sendiri tanpa diminta namun banyak dari kita yang belum menyadari hal itu. Kenyamanan-kenyamanan yang dirasakan saat ini akan diselimuti kegelisahan-kegelisahan akibat perubahan zaman. Mmisalnya kemajuan pesat teknologi, cara belajar dan berinteraksi murid, juga berubah jika tidak kita siapkan dan beradaptasi dengan baik maka murid-murid mungkin tidak akan mampu hidup berdampingan dengan perubahan zaman. Contohnya guru yang terbiasa mengajar dengan menggunakan metode utama ceramah menyampaikan informasi-informasi yang sudah ada di mesin pencari atau digital membuat murid memiliki kompetensi yang tidak relevan dan sesuai dengan keterampilan abad ke-21 yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikasi dan kolaborasi.
Maka sebagai pendidik kita juga dapat membantu memberikan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan kecakapan tersebut seiring dengan perubahan yang terjadi dalam pendidikan secara global. Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa "pengaruh pengaruh dari luar hendaknya tetap dipilah mana yang sesuai dengan kearifan lokal sosial budaya Indonesia"
Namun di era berlimpahnya informasi saat ini kita pendidik tidak bisa membatasi, menolak, dan memilih informasi-informasi secara langsung. Pengaruh-pengaruh luar sangatlah banyak dan terus-menerus membanjiri halaman kita. Cara merespon banyaknya pengaruh luar tersebutlah yang menjadi perhatian kita sebagai pendidik. Dengan begitu banyaknya informasi yang datang kita tidak bisa benar-benar menyaring mana yang diterima oleh murid karena ia bisa mendapatkan informasi dari mana saja. Yang dapat dilakukan pendidik adalah membantu anak untuk menemukan kecakapan berpikir kritis dalam menerima dan merespon informasi.
Penanaman budaya kearifan lokal yang logis dapat membantu murid menjadi bijak dalam kehidupannya. Jika kita dapat memegang kuat kearifan lokal budaya Indonesia, kita juga akan mampu merespon pengaruh-pengaruh luar dengan bijak sehingga adopsi muatan dan konten pengetahuan akan sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia, bahkan semakin menguatkannya menjadi kodrat alam dan kodrat zaman dalam mendidik murid-murid kita untuk mewujudkan dan menjaga itu semua diperlukan prinsip-prinsip dalam melakukan perubahan.
Ki Hajar Dewantara menyebutnya sebagai asas trikon, kontinyu, konvergen dan konsentris. Kontinu, kemajuan kebudayaan merupakan keharusan lanjutanlangsung dari kebudayaan itu sendiri. Konvergensi, kebudayaan menuju arah kesatuan kebudayaan dunia atau kemanusiaan. Konsentris, kebudayaan harus mempunyai karakteristik dan sifat kepribadian sendiri sebagai pusatnya dalam lingkungan kebudayaan dunia atau kemanusiaan.
Maka dengan menggunakan asas trikon sebagai prinsip melakukan perubahan kebudayaan bangsa Indonesia tidak akan tertinggal. Kebudayaan Indonesia akan berjalan beriringan dengan kebudayaan lain dan memilih karakter dan ciri khasnya sendiri.
Mari kita refleksikan bersama apakah kita sudah membantu memberikan pembelajaran berdasarkan kodrat keadaan murid? Apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik agar kodrat keadaan murid dapat menuntun kekuatan-kekuatan dan potensi pada murid?
Selamat belajar bapak dan ibu guru hebat
Salam dan bahagia.
Kodrat Alam
Salam dan Bahagia
Ibu dan Bapak Guru Hebat
Selamat datang kembali di modul mendampingi murid dengan utuh dan menyeluruh. Hari ini kita akan meneruskan materi belajar tentang kodrat alam agar dapat memahami bahwa setiap murid adalah individu yang utuh dan unik berdasarkan tujuan dan asas pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Kodrat alam merupakan bagian dari dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan tempat murid berada. Salah satu instrumen untuk pengembangannya adalah melalui pendidikan atau tuntunan. Kita sebagai pendidik dapat merencanakan pengembangan kemampuan berpikir murid agar akal budi murid terus berkembang sesuai kodrat alamiah.
Melihat murid sebagai individu yang utuh bagian dari masyarakat serta lingkungannya menjadi keharusan bagi tubuh dan hidupnya murid. Kita tidak dapat memandang murid sebagai bagian yang terpisah dari lingkungannya. Proses tumbuh dan hidupnya murid sangatlah beragam. Potensi setiap anak berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.
Kodrat yang dimiliki setiap murid tidak sama. Setiap anak memiliki kekuatan kodratnya, bahkan anak kembar identik pun memiliki kodrat masing-masing. Oleh karenanya murid sebagai individu yang unik yang berbeda satu dari yang lain harus mendapatkan tuntunan yang tepat sesuai dengan keunikannya sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Seorang anak yang dilahirkan dengan kodrat alam perkotaan, maka ia menjadi bagian dari alam masyarakat dan lingkungan perkotaan. Oleh karena itu, pendidik sebaiknya dapat menuntun murid untuk menemukan konteks pembelajaran yang relevan terhadap dirinya dan lingkungan tempat mereka berada, misalnya murid yang hidup di daerah pesisir mendapat wawasan mengenai bahaya yang mengancam ekosistem laut dan melakukan penelitian bersama untuk menemukan berbagai cara merawat dan menjaga lautnya seperti menanam mangrove. Murid bisa mendapat pengetahuanakan bahaya sampah plastik jika dibuang ke laut dan mengenal jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang ada di laut.
Kita pendidik sebaiknya membantu mendekatkan murid dengan konteks kehidupannya bukan sebaliknya menjauhkan mereka dari konteks kehidupannya. Begitu pula dengan potensi atau kekuatan yang ada pada murid. Ada murid yang memiliki kekuatan atau potensi pada bidang seni ada juga murid yang memiliki potensi bahasa maka kita sebagai pendidik perlu memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mengidentifikasi keunikan yang ada pada setiap murid agar segala kodrat dan keunikannya mendapatkan tuntunan yang tepat dan dapat membantu mereka mencapai selamat dan bahagia.
Sebagai pendidik kita dapat menggunakan metode, strategi, dan teknik pembelajaran yang sesuai keunikan potensi masing-masing murid untuk membantu mereka mengembangkan kekuatan kodratnya. Dengan demikian murid akan merasa leluasa untuk mengeksplorasi potensinya dan menemukan pengalaman-pengalaman belajar yang bermakna. Contohnya murid yang memiliki potensi seni diberi kesempatan atau ruang untuk menyelenggarakan pertunjukan seni dengan tema yang dikaitkan dengan peminatan murid atau disesuaikan dengan pembelajaran tertentu. Dapat dibayangkan murid akan merasa senang mereka akan aktif mencari informasi dan menyajikan pemahaman dalam bentuk pertunjukan seni yang mereka sukai.
Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa dalam melakukan pembaruan yang terpadu hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya. Jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan baik kodrat alam maupun kodrat zaman. Ibu dan bapak guru mari kita resapi bersama apakah kita sudah melihat murid sebagai individu yang utuh bagian dari alam semesta? Apakah kita sudah pekadan mampu menemukan keunikan dari setiap murid kita? Apakah kita sudah memberikan tuntunan yang sesuai dengan keunikan murid kita dan yang paling penting apakah pembelajaran yang kita rancang sesuai dengan kehendak murid dan mendekatkan murid dengan konteks kehidupan dan segala potensinya?
Selamat belajar ibudan bapak guru hebat salam dan bahagia?
Kodrat Zaman
Salam dan Bahagia
Ibu dan Bapak Guru Hebat
Semoga ibu dan bapak guru senantiasa dalam keadaan sehat dan dapat terus belajar bersama. Kali ini kita akan mengulas materi tentang kodrat zaman agar kita dapat memahami tujuan dan asas pendidikan sesuai zaman berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Pendidikan bergerak sangat dinamis mengikuti perkembangan zaman. Kodrat zaman merupakan bagian dari dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan isi dan irama. Selain kodrat alam Ki Hajar Dewantara mengungkapkan dalam melakukan pembaharuan yang terpadu hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik baik mengenai hidup diri pribadinya maupun kemasyarakatannya jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan baik pada alam maupun pada zaman.
Sementara itu segala bentuk isi dan irama yaitu cara mewujudkannya hidup dan penghidupannya hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas kehidupan kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan. Ki Hajar Dewantara ingin mengingatkan kita para pendidik untuk menuntun murid mencapai kekuatan-kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman menggunakan asas trikon yaitu kontinyu, konvergen, dan konsentris.
Kontinyu, pendidik menuntun murid dengan perencanaan dan pengembangan secara berkesinambungan menyatu dengan alam masyarakat Indonesia untuk mewariskan peradaban.
Konvergen, pendidik menuntun murid dengan pemikiran terbuka terhadap segala sumber belajar, mengambil praktek-praktek baik dan kebudayaan lain dan menjadikan kebudayaan kita bagian dari alam universal.
Konsentris, pendidik menuntun murid dengan berdasarkan kepribadian karakter dan budaya kita sendiri sebagai pusatnya.
Asas trikon diyakini mampu menghadapi derasnya arus perubahan kodratnya seperti abad ke-21 secara global. Pendidikan saat ini ditekankan untuk menuntun anak memiliki keterampilanabad ke-21 yaitu berpikir kritis dan solutif kreatif dan inovatif serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi. Meskipun demikian pengaruh-pengaruh global harus disaring dan diseleksi menggunakan kekuatan utama bangsa Indonesia yaitu kearifan lokal, sosial budaya, sehingga isi dan irama pendidikan berupa content atau muatan pengetahuan yang diadopsi selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Maka cara mendidik pun harus sesuai dengan tuntutan zaman.
Cara belajar dan interaksi murid abad ke-21 tentu berbeda dengan murid di pertengahan abad ke-20 seperti apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantara didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntunan alam dan zamannya.
Misalnya guru membantu murid untuk melakukan refleksi diri sebagai proses mengenali dan melihat kembali potensi dirinya. Kemudian murid diajak untuk mengamati keadaan sekolah dan lingkungannya. Setelah itu murid menganalisis permasalahan dan potensi yang muncul dari hasil pengamatannya. Ini adalah contoh belajar berpikir kritis. Guru kemudian mengajak murid untuk berkreasi merespon potensi dan isu yang terkoneksi dengan dirinya melalui proses berproyek yang bisa mereka lakukan secara individu maupun berkelompok. Ini adalah bentuk belajar kreativitas dan kolaborasi. Lalu murid mengkomunikasikan karya melalui berbagai format presentasi seperti misalnya pameran, sosialisasi, atau seminar kepada publik atau audiens yang akan terdampak dari karyanya. Ini adalah bentuk belajar komunikasi. Dengan pembelajaran tersebut murid merasa lebih merdeka dan bertanggung jawab atas pengalaman belajarnya bukan karena tuntutan yang membelenggu kemerdekaannya.
Ibu dan bapak guru, mari kita renungkan, Apakah kita sudah mendidik murid kita sesuai dengan kodrat zamannya? Apa yang dapat kita lakukan untuk menuntun mereka agar berdaya sesuai kodrat zamannya?
Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat salam dan
"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodrtanya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu" Ki Hajar Dewantara
Trikon
Asas Trikon
Salam dan Bahagia
Ibu dan Bapak Guru Hebat
Semoga ibu dan bapak guru senantiasa dalam keadaan sehat dan dapat terus belajar bersama. Kali ini kita akan mengulas materi tentang asas trikon yaitu kontinyu, konvergen dan konsentris dalam pendidikan serta contoh penerapannya di dalam kelas agar kita dapat memahami tujuan dan asas pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Mari kita ikuti bersama.
Pendidikan adalah suatu proses yang dinamis. Pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman dan juga kondisi murid. Jangan dibayangkan sistem pendidikan sebagai sebuah sistem besar yang hanya dapat dipikirkan dan diurus oleh para pakar dan penentu kebijakan di pusat. Sekolah atau bahkan kelas juga merupakan suatu sistem pendidikan dengan ruang lingkup yang kecil namun merupakan ujung tombak berjalannya sistem pendidikan. Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan masing-masing sehingga pengembangan satu sekolah dengan sekolah lain sangat beragam sesuai karakteristik lingkungannya.
Misalnya kondisi geografis Indonesia yang beragam mendorong proses pendidikan yang dinamis. Sekolah yang berada di lingkungan pantai dapat mengkontekstualkan proses pendidikannya sesuai dengan lingkungan pantai tempat murid tinggal, seperti menanam pohon bakau untuk mencegah abrasi pantai. Begitu pula sekolah yang berada di pegunungan. Guru dapat mengajak murid untuk menjaga pohon agar terhindar dari bahaya tanah, dengan demikian guru memfasilitasi proses belajar murid sesuai dengan keadaan lingkungan murid dan potensi yang dimiliki sehingga murid dapat melihat hubungan antara dirinya dengan lingkungan serta potensi yang terhubung pada dirinya.
Dengan proses pendidikan yang berjalan sangat dinamis, bagaimana menerapkan pembelajaran bermakna bagi murid berdasarkan asas trikon?
Kontinyu, pengembangan yang berkesinambungan dilakukan terus menerus dengan perencanaan yang baik. Budaya, kebudayaan, atau cara hidup bangsa itu bersifat kontinyu bersambung tak putus-putus dari zaman penjajahan sampai zaman kemerdekaan. Perkembangan dan kemajuan kebudayaan serta cara hidup bangsa terus menerima pengaruh nilai-nilai baru. Proses pembelajaran sejatinya tidak pernah putus. Usaha sadar dan menikmati setiap proses belajar karena dilakukan sukarela. Kemauan belajar rasa ingin tahu dan motivasi internal dalam diri murid perlu distimulasi sehingga akan melahirkan murid yang memiliki kemampuan pengaturan kegiatan belajarnya sendiri atau self regulated learning.
Ibu dan bapak guru dalam pembelajaran lingkungan hidup, guru dapat mengajak murid berkegiatan di halaman dan lingkungan sekitar sekolah kemudian guru meminta murid untuk mengamati dan memberikan beberapa pertanyaan pemantik diskusi "Bagaimana lingkungan yang ia amati berpengaruh terhadap hidupnya? atau Bagaiman ia berperan dan berpengaruh terhadap lingkungannya?" Harapannya murid akan menjawab dengan berbagai macam hal yang bisa ditemui secara langsung, seperti pohon-pohon, pot bunga, tempat sampah, sampah yang tertinggal di halaman sekolah atau bahkan menceritakan pengalaman di lingkungan rumahnya masing-masing. Proses dialog yang terjadi memberikan ruang kepada murid untuk mengekspresikan rasa yang ia miliki dan temukan.
Kemudian jika ada murid yang merasa tidak tertarik dengan lingkungan sekolah yang sedang dikunjungi guru bisa berdialog mengenai lingkungan seperti apa yang ingin murid kunjungi dan menarik untuknya. Guru memfasilitasi murid untuk menentukan tujuan apa yang ingin dipelajari, memantau proses pembelajaran yang dilalui dan membimbing murid untuk melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilalui murid agar ia dapat memahami hubungan dirinya dengan lingkungannya, peran dan tugasnya di dalam lingkungan tersebut serta kontribusinya dalam menjaga lingkungan.
Peran guru "Membantu murid dalam mengelola respon-respon dan perasaaan untuk menemukan dan menentukan tujuan belajarnya"
Apabila murid mampu memahami hubungan diri dan lingkungannya ia dapat pula belajar memahami peran dan kontribusi dirinya terhadap lingkungan serta menindaklanjuti peran dan kontribusinya tersebut. Hal ini juga dapat mendorong terbentuknya kemampuan pengaturan belajar mandiri atau self regulated learning
Konvergen, bersama bangsa lain mengusahakan terbinanya karakter dunia sebagai kesatuan kebudayaan umat manusia sedunia, tanpa mengorbankan nilai/identitas bangsa masing-masing Pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar bahkan dari praktek pendidikan di luar negeri seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara ketika mempelajari berbagai praktek pendidikan dunia misalnya Maria Montessori, Trouble dan Rabindranath Tagore
Indonesia mempunyai beraneka ragam budaya yang perlu kita jaga dan rawat. Maka, kita hendaknya tidak lantas meniru kebudayaan bangsa lain dan melupakan kebudayaan dari leluhur, tetapi menerima budaya asing yang sesuai dengan kepribadian bangsa"
Dalam dunia pendidikan pun banyak sistem pendidikan yang masuk ke Indonesia tidak lantas kita terima mentah-mentah kita perlu mengolahnya dan hanya menerima yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan.
Konsentris "Bersikap terbuka, tetapi tetap kritis dan selektif terhadap pengaruh kebudayaan di sekitar"
Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara menggambarkan manusia sebagai titik kecil yang kemudian bersama denganyang lain membentuk lingkaran besar atau keluarga dan menjadi lingkaran yang lebih besar lagi atau organisasi.
Pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri.Tujuan utama pendidikan "menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaan sendiri"
Oleh karena itu meskipun Ki Hajar Dewantara menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain, namun tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya. Implementasi konsep trikon, kontinyu, konvergen dan konsentris bisa kita amati atau bahkan kita refleksikan dari apa yang sudah terjadi dalam proses pembelajaran. Manajemen kelas yang mengatur berjalannya proses pembelajaran tentunya melalui sebuah perencanaan dan dilakukan secara terus-menerus sehingga pengelolaan perilaku lingkungan dan kurikulum berjalan dengan efektif.
Konsisten dalam menjalankan manajemen kelas ini salah satu contoh implementasi asas kontinyu dalam pendidikan. Murid diberikan kemerdekaan untuk belajar bertanya dan mengembangkan potensinya. Kesinambungan manajemen kelas yang konsisten memberikan ruang kepada murid untuk mengeksplorasi gagasan, ide dan kreativitasnya.
"Metode pembelajaran yang disajikan kepada murid bisa merujuk pada berbagai metode pembelajaran baik yang dikembangkan di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti pembelajaran STEAM/ Science Technology Engineering Art Math"
Seringkali pembelajaran stem ini dipahami sebagai pembelajaran menggunakan teknologi tinggi seperti robotik komputasi atau koding. Padahal bisa diartikan lebih luas seperti teknologi fermentasi tempe teknologi pewarnaan batik ataupun teknologi pengawetan makanan seperti pembuatan ikan asin atauikan asap. Dengan memahami konsep pembelajaran steam, maka guru dapat menyesuaikan keinginan belajar murid dengan kondisi ketersediaan daya dukung untuk belajar dengan tetap menghadirkan nilai-nilai lokal meskipun metode pembelajaran dalam pendidikan bisa mengacu pada konsep manapun secara terbuka. Tapi hal itu tetap harus dilakukan secara konsentris yaitu tetap mempertahankan jati diri bangsa dan menjadi diri sendiri.
Ibu dan bapak guru mari refleksikan bersama, Apa yang dapat dilakukan untuk membimbing proses belajar murid agar sesuai dengan asas Trikon (Kontinyu, Konvergen, Konsentris)?
Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat
Salam dan bahagia.
Terima kasih ilmunya Pak.
BalasHapusBanyak hal yang saya dapat dari penjelasan Bapak.